SEKOLAH BUKAN SOAL LEGALITAS, TAPI LEGITIMASI

Adi Syahputra, S.Pd.I., M.Pd | 24 Juli 2025

Detail Literasi:

Kalau kita ngomongin soal sekolah, biasanya yang langsung kepikiran adalah legalitasnya. Izin resmi, surat-surat lengkap, semuanya sudah sesuai aturan pemerintah. Memang, legalitas itu penting banget supaya sekolah bisa berjalan secara resmi dan diakui. Tapi, sebenarnya sekolah itu nggak cuma soal legalitas. Ada hal yang lebih penting, yaitu legitimasi.

.

Nah, legitimasi ini bisa diartikan sebagai pengakuan atau kepercayaan dari orang tua, siswa, dan masyarakat terhadap kualitas dan manfaat sekolah itu sendiri. Jadi, bukan cuma izinnya ada, tapi apakah sekolah itu benar-benar bisa memberikan pendidikan yang berkualitas dan membuat siswanya berkembang dengan baik.

.

Mari kita simak apa sih legalitas itu?! Legalitas sekolah adalah pengakuan secara administratif yang menjamin keberadaan sekolah tersebut sah menurut hukum. Legalitas ini penting agar sekolah dapat beroperasi secara resmi dan mendapatkan akses terhadap berbagai fasilitas dan bantuan pemerintah. Namun, legalitas hanya merupakan aspek formal yang belum tentu mencerminkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya.

.

Sebaliknya, yakni legitimasi. Apa itu? legitimasi sekolah lebih mengacu pada pengakuan dan kepercayaan masyarakat terhadap peran dan kontribusi sekolah tersebut dalam memberikan pendidikan bermutu. Sekolah yang memiliki legitimasi mampu memenuhi harapan dan kebutuhan peserta didik serta orang tua secara nyata. Legitimasi ini meliputi kualitas pengajaran, pembentukan karakter siswa, serta keberlanjutan hubungan yang harmonis dengan berbagai pemangku kepentingan. Misalnya, sekolah-sekolah berbasis komunitas yang aktif melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pembelajaran serta pengembangan karakter siswa. Sebaliknya, terdapat pula sekolah dengan legalitas lengkap namun kurang mendapat kepercayaan masyarakat karena kualitas pengajaran dan manajemen sekolah yang kurang memadai.

.

Pentingnya legitimasi dapat dilihat dari kenyataan bahwa tidak sedikit sekolah yang memiliki legalitas resmi namun gagal menghadirkan pendidikan berkualitas. Sebaliknya, beberapa sekolah yang belum memiliki legalitas resmi justru mampu menunjukkan hasil pendidikan yang memuaskan dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Untuk membangun legitimasi, sekolah perlu meningkatkan kualitas pendidik dan kurikulum, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, serta menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua dan masyarakat. Selain itu, penanaman nilai-nilai karakter juga harus menjadi prioritas agar lulusan sekolah tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga bermoral. Jika sekolah gagal dalam aspek-aspek ini, maka akan timbul keraguan publik terhadap fungsi dan manfaat keberadaan sekolah itu sendiri, meskipun legalitasnya tidak diragukan.

.

Ada beberapa problematika legitimasi sekolah, diantaranya;
1. Kesenjangan Kualitas Antar Sekolah
Hari ini terdapat perbedaan mencolok antara sekolah negeri dan swasta, sekolah kota dan desa, serta antara sekolah umum dan kejuruan. Banyak sekolah yang hanya memenuhi standar minimum demi akreditasi, namun gagal dalam memberikan pembelajaran yang bermakna. Akibatnya, sekolah-sekolah tersebut sulit memperoleh legitimasi dari masyarakat. Yah.. inilah fakta yang harus kita telan bersama.

.

2. Komersialisasi Pendidikan
Yang kedua ini memang sudah mendarah daging. Lihat saja fenomena sekolah-sekolah mahal yang lebih mementingkan citra dan fasilitas ketimbang substansi pembelajaran memperparah hilangnya legitimasi. Orang tua membayar mahal, tetapi hasil pendidikan tidak selalu sepadan. Hal ini menciptakan persepsi bahwa pendidikan bukan lagi hak, melainkan komoditas. Miris bukan?!

.

3. Minimnya Keterlibatan Masyarakat
Sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk “memamerkan” sekolahnya ke depan publik (masyarakat). Banyak sekolah berjalan seperti institusi tertutup. Keputusan diambil secara top-down tanpa melibatkan suara orang tua, siswa, atau komunitas lokal. Hal ini memperlemah rasa memiliki masyarakat terhadap sekolah, yang pada akhirnya melemahkan legitimasi sosialnya. Ujung-ujungnya ngeluh gak dapat murid padahal masalahnya dibuat sendiri.

.

4. Krisis Kepercayaan pada Guru
Nah, ini problem dasar bagi sebuah sekolah. Guru semestinya menjadi figur sentral dalam pendidikan. Namun, berbagai kasus pelanggaran etik atau kekerasan dalam sekolah meruntuhkan citra pendidik sebagai panutan. Bila guru tak lagi dipercaya, maka sekolah pun akan kehilangan tempatnya di hati masyarakat. Dan siswa hanya percaya pada AI (Artificial Intelligence).

.

5. Kurikulum yang Tidak Kontekstual
Kalau yang satu ini agak susah memang. Ya coba saja kita cermati kurikulum nasional sering kali terlalu kaku dan tidak relevan dengan kebutuhan lokal ataupun tantangan global. Sekolah yang tidak mampu menyesuaikan pembelajarannya dengan realitas peserta didik akan dianggap tidak berguna, dan akhirnya kehilangan legitimasi. Maka muncul meme-meme ganti menteri ganti pula kurikulum.

.

Dengan demikian, muncul dampak hilangnya legitimasi sekolah dengan banyaknya angka putus sekolah. Ketika masyarakat merasa sekolah tidak lagi memberikan manfaat, mereka lebih memilih anaknya untuk bekerja atau belajar informal. Tumbuhnya sekolah alternatif dan homeschooling. Banyak orang tua yang beralih ke sistem pendidikan non-formal sebagai bentuk kritik terhadap institusi sekolah. Pun terjadi adannya krisis moral dan karakter. Jika sekolah tidak mampu menjadi ruang pendidikan nilai dan akhlak, maka kita akan melihat generasi yang kehilangan kompas moralnya, menjadi racun bagi sekitar dan polusi yang merabah dan mendarah daging untuk individu itu sendiri.

.

Sudah seharusnya sekolah mampu untuk mengembalikan legitimasi sekolah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Seperti memperkuat hubungan sekolah dan masyarakat melalui forum musyawarah atau komite sekolah yang benar-benar aktif, meningkatkan kualitas guru tidak hanya dari sisi profesionalisme, tetapi juga dari integritas dan empati sosial, dan menerapkan kurikulum yang kontekstual, fleksibel, dan adaptif terhadap perubahan zaman dan kebutuhan lokal.

.

Sekolah tidak hanya perlu sah secara hukum, tetapi juga sah secara sosial. Legitimasi adalah jembatan antara kebijakan pendidikan dan kenyataan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi, sekolah akan kehilangan daya transformasinya. Oleh karena itu, membangun kembali legitimasi sekolah bukanlah tugas individu, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa.

Berita Lain Semua Berita

Literasi SMAMSA Semua

Copyright © 2025 SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru Supported by Smamda Sidoarjo